Sejak tahun 2017 aku tinggal di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Berasal dari desa dengan pendapatan keluarga yang pas-pasan membuat aku harus berkuliah dengan beasiswa penuh atau mencari perguruan tinggi kedinasan sehingga keluargaku tidak perlu pusing memikirkan masalah UKT. Bersyukurnya aku diterima di perguruan tinggi kedinasan yang selain biaya kuliahnya gratis tetapi juga mendapatkan uang saku bulanan sebesar satu juta rupiah per bulan. Uang satu juta tersebut mau tidak mau harus cukup untuk kebutuhan hidup selama sebulan karena pendapatan keluargaku tidak memungkinkan untuk dikirim untukku. Bagaimana mau dikirim, untuk kebutuhan di rumah saja kadang-kadang kurang.
Kira-kira selama satu tahun setengah aku sangat menghemat
pengeluaran ku agar uang satu juta tersebut cukup untuk biaya hidup selama se
bulan. Aku tidak mau mengambil pekerjaan sampingan seperti teman-teman karena
takut mengganggu waktu belajarku. Teman-temanku di sana sebenarnya banyak yang
bekerja sampingan dengan memberikan les privat, baik untuk anak SD, SMP, maupun
SMA. Namun selagi uang saku tersebut cukup untukku, aku bersikukuh tidak mau
bekerja sampingan. Memang sesekali aku menerima pesanan
untuk membuat gambar digital, namun tidak
banyak, hanya dua atau tiga gambar saja sebulan. Sebenarnya aku sudah mulai
menerima pesanan gambar digital sejak SMA. Mulanya aku hanya iseng-iseng
membuat gambar vector dan wpap karena menurutku menarik dan di SMA ku belum ada
yang membuat. Namun tidak ku sangka aku bisa menghasilkan uang dari sana.
Kehidupan kuliah berjalan lancar hingga tiba-tiba pada awal
tahun 2019 terdengar kabar buruk bahwa uang saku akan ditiadakan. Mulanya aku
tidak percaya karena kabar seperti ini sudah sering terdengar. Ternyata kabar
tersebut benar. Kaget bercampur bingung, aku pun memberitahu kabar ini kepada
ibuku. Ibu berusaha membuatku kuat dengan memastikan bahwa kita masih punya
tabungan. Setelah aku hitung-hitung, dengan mengandalkan tabungan itu tidak
akan cukup membiayai ku hingga lulus. Aku memutar otak sambil terus berdoa
kepada Allah. Memang tidak ada lagi yang bisa diandalkan dalam situasi seperti
ini selain Dia.
Di tengah saldo rekening yang tersisa 200 ribuan, aku mulai
berpikir bagaimana cara menghasilkan uang paling tidak satu juta perbulan untuk
kelanjutan kehidupanku di Jakarta. Aku mulai berpikir untuk bekerja sampingan
sebagai freelancer karena aku sudah punya modal skill untuk itu. Sebenarnya ini
sudah terlalu mepet untuk baru memulai pekerjaan karena untuk mendapatkan
pelanggan sebagai freelancer juga tidak mudah. Namun aku bersikeras. Aku mulai
membuat akun di berbagai platform untuk berjualan gambar digital mulai dari
shutterstock, displate, fivesquid, creative market, fiverr dan banyak platform
lain. Selain itu aku juga memperbanyak postingan instagram dan Facebook
berharap ada teman-teman yang membutuhkan jasaku untuk membuat gambar. Di
youtube ku yang subscribernya baru 300 an, aku juga mulai rutin mengupload
video untuk menaikkan subscriber dan viewer supaya bisa earning. Memang
rasanya tidak mungkin untuk menghasilkan satu juta dalam waktu dekat, karena akunnya
saja baru dibuat.
Aku berserah kepada-Nya. Aku percaya bahwa rezeki sudah
diatur. Jika memang satu sumber rezeki tertutup, maka Allah akan membuka rezeki
dari sumber yang lain. Aku terus menunggu pesanan masuk. Ibuku diam-diam
mengirimkan uang kepadaku untuk berjaga-jaga. Satu sampai dua minggu aku menunggu,
masih belum ada pesanan gambar yang masuk. Terpaksa aku meminta uang kiriman kepada
ibu yang ternyata ibuku sudah mengirimkan uang sebelum aku memintanya. Aku
berpikir apabila memang sampai satu bulan ke depan tidak ada pesanan gambar
yang masuk, aku akan mengajar les. Ini sudah jalan terakhir paling mudah yang
mungkin ku lakukan.
Aku terus berpasrah kepada Allah sambil terus berharap ada
keajaiban yang datang. Entah kenapa pada saat itu aku sangat yakin bahwa
pertolongan Allah akan datang. Sangat yakin sekali walaupun seperti tidak
mungkin. Aku bilang tidak mungkin karena banyak sekali orang sebelum aku yang
sudah membuka jasa pembuatan gambar sejenis dan tidak sedikit dari mereka yang
akhirnya meninggalkan akunnya karena tidak laku.
Pada saat uang kiriman ibu sudah mulai menipis, tiba-tiba
ada email masuk. Email ini dari fiverr. Email yang isinya memberitahukan bahwa
ada pesanan gambar yang masuk untuk aku kerjakan. Alhamdulillah. Aku bersyukur
sekali. Pesanan itu senilai $10. Memang tidak cukup besar, namun cukup untuk
biaya hidup beberapa hari. Aku kerjakan pesanan itu sebaik dan secepat mungkin.
Kali ini tugas kuliah aku kesampingkan karena pesanan gambar tersebut saat ini
lebih penting untuk ku selesaikan. Dua hari kemudian pesanan itu selesai dan ku
kirim ke pembeli. Aku berpikir kembali, “Jika pembelinya hanya satu dua orang
saja, mana mungkin bisa cukup untuk biaya hidup sehari-hari?“. Aku mulai risau.
Tiba-tiba ada chat di akun fiverrku. Sebuah chat dari pembeli yang isinya dia
puas dengan gambarku dan ingin menjadi pelangganku. Ya Allah, alhamdulillaah.
Benar-benar ini Kuasa yang tiada terkira dari-Mu. Di saat benar-benar terjepit,
pada posisi tersulit, Allah datang dengan pertolongannya. Akhirnya pembeli
tersebut benar-benar menjadi pelanggan setiaku. Uang bayaran dari pembeli
tersebut juga menjadi pengganti dari uang saku kuliahku yang telah ditiadakan. Dengan
uang dari pembeli tersebut aku bisa melanjutkan kehidupan kuliahku di Jakarta
dengan berkecukupan hingga lulus.